Surga dan Neraka; Pendekatan Logika Matematika

Setiap Manusia Mendapati Surga dan Neraka

Perihal surga dan neraka menjadi masalah yang diperbincangkan banyak orang, hal itu disebabkan kerena manusia pada akhirnya akan mengalami kematian (perpindahan alam dari alam dunia ke alam akhirat). Yang menjadi pertanyaan adalah apakah setlah kita mengalami kematian, kita akan menempati surga atau neraka atau bahkan keduanya ? Dari semua hal yang paling mendasar tentang surga dan neraka, yang paling penting adalah timbangan amal perbuatan manusia. Ada yang berpendapat bahwa hanya orang yang pernah mengucapkan dua kalimat syahadat yang akan menempati surga dan yang lainnya akan menempati neraka. Ada yang berpendapat bahwa hanya orang yang lebih besar kadar amal baiknya dibandingkan amal buruknya yang akan menempati neraka. Ada juga yang beranggapan bahwa ketika sesorang dimasa hidupnya berbuat buruk dan sebelum ia meninggal ia bertaubat maka ia akan menempati surga, sebaliknya meski semasa hidupnya ia berbuat baik lalu ia mati dalam keadaan berbuat buruk maka ia akan menempati neraka. Lalu bagaimana kita menentukan apakah sesorang akan menempati surga dan neraka setalah ia mati ?

Salah satu pendekatan yang saya gunakan untuk menentukan mementukan hal tersebut adalah pendekatan logika matematis. Landasan yang saya gunakan adalah Surat Al Zalzalah Ayat 7 & 8.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ .٧

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ .٨
7). And whoso doeth good an atom ' s weight will see it then
8). And whoso doeth ill an atom ' s weight will see it then
7. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.
8. dan Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.

Sebelum kita membahas lebih jauh dengan menggunakan pendekatan logika matematika, ada baiknya kita menyamakan persepsi berdasarkan ayat diatas. Kata awala Barang Siapa pada kedua ayat tersebut bersifat umum (tidak menyebutkan golongan, suku, bangsa, agama, ras, jenis kelamin dll). Barang siapa dalam dua ayat tersebut yang dimaksudkan adalah semua manusia atau bahkan semua makhluk (bersifat universal). Kata melihat pada kedua ayat tersebut tidak bermakna menyaksikan akan tetapi bermakna mengalami, karena pada dasarnya sesuatu yang terlihat adalah sesuatu yang terjadi apakah hal itu dialami orang lain atau dialami sendiri. Tetapi sesuatu yang dialami oleh orang lain belum tentu dapat kita lihat, sebaliknya sesuatu yang kita alami belum tentu pula dapat dilihat oleh orang lain. Kata melihat pada kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa diri kita yang melihat. Maka yang dapat dipastikan bahwa kita melihatnya adalah apa yang kita alami sendiri bukan yang dialami orang lain.

Berdasar pada kedua ayat tersebut dengan menggunakan pendekatan logika matematika, maka saya dapat menyatakan bahwa semua orang yang pernah mengerjakan kebaikan maka orang tersebut akan melihat balasannya yaitu amal kebaikan dan akan melihat (mengalami) surga, sebaliknya semua orang yang pernah mengerjakan kejahatan (hal buruk) maka orang tersebut akan melihat balasannya yaitu amal buruk dan akan melihat (mengalami) neraka. Lalu apa gunanya hizab dihari kemudian ? Hizab dihari kemudian hanya untuk menentukan kadar kebaikan dan kadar keburukan sesorang yang dalam hitungan matematis hanya untuk menentukan perbandingan keduanya. Perbandingan kadar keduanya yang akan menentukan periode (lama waktu) sesorang untuk menempati surga dan neraka. Kesmimpulannya adalah siapapun (universal/tanpa pengecualian) yang pernah berbuat kebaikan akan merasakan surga dan siapapun (universal/tanpa pengecualian) yang pernah berbuat kebaikan akan merasakan neraka.

Jika ada yang bertanya bagaimana dengan sosok Firaun apakah ia akan merasakan surga ? Sebelumya kita harus pertanyakan apakah Firaun pernah berbuat kebaikan ? Jika kita yakin bahwa jawabannya adalah pernah, maka jawaban sederhananya adalah jika Firaun pernah berbuat kebaikan sekecil apapun maka ia akan merasakan surga. 

Jika ada yang bertanya bagaimana dengan sosok Nabi apakah ia akan merasakan neraka ? Sebelumnya kita harus pertanyakan apakah Nabi pernah berbuat keburukan ? Jika kita yakin bahwa jawabannya adalah pernah, maka jawaban sederhananya adalah jika Nabi pernah berbuat keburukan sekecil apapun maka ia akan merasakan neraka. 

Contoh :
Si A memiliki hitungan waktu secara matematis dengan umur setelah meninggal adalah 45 tahun 4 bulan 6 hari 8 jam 2 menit 12 detik.
Setelah meninggal dan dihizab :
Si A semasa hidupnya memiliki hitungan secara matematis waktu 25 tahun 2 bulan 3 hari 4 jam 1 menit 6 detik melakukan kebaikan.
Si A semasa hidupnya memiliki hitungan secara matematis waktu 20 tahun 2 bulan 3 hari 4 jam 1 menit 6 detik melakukan keburukan.

Setalah meninggal maka : 
Selama 25 tahun 2 bulan 3 hari 4 jam 1 menit 6 detik ia merasakan surga dan selama 20 tahun 2 bulan 3 hari 4 jam 1 menit 6 detik ia merasakan neraka. 

Hal yang tidak bisa saya pastikan adalah yang mana tempat pertama yang di tempati oleh Si A apakah surga dan neraka tetapi kemungkinan siklus yang dialami Si Adengan pertimbangan bahwa akhirat itu kekal adalah sebagai berikut :






 Demikian penjelasan sederhana dari saya. Wallahu a'lam bissawaf. 
Kutahu Tuhan Itu Komitmen,
Kutahu Tuhan Itu Konsisten,

Akhir kata :
[Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.]
[The truth is from your Lord, therefore you should not be of the doubters.]
(QS : 2 : 147).





2 komentar:

  1. logikanya
    neraka itu hanya rasa penyesalan dihati (resah menyesal ketakutan dll) setelah melakukan diluar batas kemauan hati
    dan sorga itu hati yang tenang karena kita tidak melakukan diluar batas batas tertentu.

    BalasHapus
  2. Cukup Allah yg tau dan hanya dia yg berhak memperhitngkannya..manusia gk bkln mampu menjangkau walw seklas prof...thx

    BalasHapus

Manikmati Masalah

Masalah merupakan sebuah siklus. Siklus yang tentunya hanya berubah dari sudut pandang asas kebermanfaatan dari kondisi yang dialami oleh ma...