Tampilkan postingan dengan label Logika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Logika. Tampilkan semua postingan

Manikmati Masalah

Masalah merupakan sebuah siklus. Siklus yang tentunya hanya berubah dari sudut pandang asas kebermanfaatan dari kondisi yang dialami oleh manusia. Masalah bukan untuk diselesaikan, karena sehebat apapun sesorang, dia tidak akan mampu menyelesaikan masalah. Masalah itu untuk dinikmati, dan cara menikmatinya adalah dengan mencari masalah baru yang orang kenal dengan nama solusi. 

Solusi bukanlah sebuah cara untuk menyelesaikan masalah, tetapi solusi adalah masalah baru yang ditimbulkan dari upaya manusia dalam menikmati masalah sebelumnya. Yang penting untuk diperhatikan adalah sebelum menentukan sebuah solusi harus dikaji secara sistematis dan hasil kajian dalam hitungan matematisnya menunjukkan bahwa solusi tersebut memiliki asas manfaat yang lebih besar daripada mudaratnya karena dalam setiap solusi akan selalu ada masalah baru yang dikenal sebagai mudarat atas perubahan tindakan manusia.

Jangan berkeinginan agar sebuah masalah selesai, namun berkeinginalah agar solusi tiba pada waktu yang sesuai. 
Jika malam semakin kelam, itu tandanya fajar agar segera tiba.
Jika tali semakin keras terentang, itu tandanya tali akan segera putus.
Jika masalah semakin keras menghimpit, itu tandanya solusi akan segera tiba.

Dalam perjalanan kita akan selalu menemui persimpangan dimana ada jalan lurus kedepan dan arah ke kiri ataupun ke kanan. Pilih dengan bijak, jangan berfikir untuk diam, namun yang pasti jangan coba untuk mundur selangkah sekalipun karena waktu tidak pernah berdiam apalagi mundur.

Menulis Takdir

Menjamu Iblis dengan baik dalam pikiran,

Membiarkan Malikat tetap bertakhta dalam hati,

Sejenak menyelami telaga waktu agar sadar diri,


Mencoba menentang keinginan pikiran,

Belajar melawan kemauan hati,

Memaksakan menulis takdir sendiri,


Indera hanya memberi makna keberadaan,

Pikiran hanya memberi makna kebenaran,

Hati hanya memberi makna kebaikan,


Ada dalam batasan indera, tidak dipastikan memuat kebenaran dan kebaikan,

Benar dalam tinjauan pikiran, tidak dipastikan mememuat kebaikan,

Baik dalam takaran hati, sudah dipastikan memuat keberadaan dan kebenaran.


Hidup dan Takdir

Jika tak sanggup melawan takdir dalam kehidupanmu, 
maka jangan pernah berfikir bahwa takdir itu dari Tuhanmu. 

Tuhan tidak pernah memberi kita takdir dalam proses kehidupan,
tetapi Tuhan menetapkan takdir sesuai proses kehidupan yang sudah kita lewati. 

Bukan kita tidak mampu melawan dan merubah takdir, 
tapi kita keliru karena mengharapkan takdir berbeda 
namun pada kenyataannya kita hanya mau melalui proses yang sama setiap saat. 

Proses yang sama dalam hidup akan tetap berujung pada takdir yang sama. 
Jika mengharapkan takdir yang berbeda 
maka lakukan dan lalui proses yang berbeda dalam hidup hingga akhir.

"mc_moor13"

Surga dan Neraka; Pendekatan Logika Matematika

Setiap Manusia Mendapati Surga dan Neraka

Perihal surga dan neraka menjadi masalah yang diperbincangkan banyak orang, hal itu disebabkan kerena manusia pada akhirnya akan mengalami kematian (perpindahan alam dari alam dunia ke alam akhirat). Yang menjadi pertanyaan adalah apakah setlah kita mengalami kematian, kita akan menempati surga atau neraka atau bahkan keduanya ? Dari semua hal yang paling mendasar tentang surga dan neraka, yang paling penting adalah timbangan amal perbuatan manusia. Ada yang berpendapat bahwa hanya orang yang pernah mengucapkan dua kalimat syahadat yang akan menempati surga dan yang lainnya akan menempati neraka. Ada yang berpendapat bahwa hanya orang yang lebih besar kadar amal baiknya dibandingkan amal buruknya yang akan menempati neraka. Ada juga yang beranggapan bahwa ketika sesorang dimasa hidupnya berbuat buruk dan sebelum ia meninggal ia bertaubat maka ia akan menempati surga, sebaliknya meski semasa hidupnya ia berbuat baik lalu ia mati dalam keadaan berbuat buruk maka ia akan menempati neraka. Lalu bagaimana kita menentukan apakah sesorang akan menempati surga dan neraka setalah ia mati ?

Salah satu pendekatan yang saya gunakan untuk menentukan mementukan hal tersebut adalah pendekatan logika matematis. Landasan yang saya gunakan adalah Surat Al Zalzalah Ayat 7 & 8.

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ .٧

وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ .٨
7). And whoso doeth good an atom ' s weight will see it then
8). And whoso doeth ill an atom ' s weight will see it then
7. Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.
8. dan Barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.

Sebelum kita membahas lebih jauh dengan menggunakan pendekatan logika matematika, ada baiknya kita menyamakan persepsi berdasarkan ayat diatas. Kata awala Barang Siapa pada kedua ayat tersebut bersifat umum (tidak menyebutkan golongan, suku, bangsa, agama, ras, jenis kelamin dll). Barang siapa dalam dua ayat tersebut yang dimaksudkan adalah semua manusia atau bahkan semua makhluk (bersifat universal). Kata melihat pada kedua ayat tersebut tidak bermakna menyaksikan akan tetapi bermakna mengalami, karena pada dasarnya sesuatu yang terlihat adalah sesuatu yang terjadi apakah hal itu dialami orang lain atau dialami sendiri. Tetapi sesuatu yang dialami oleh orang lain belum tentu dapat kita lihat, sebaliknya sesuatu yang kita alami belum tentu pula dapat dilihat oleh orang lain. Kata melihat pada kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa diri kita yang melihat. Maka yang dapat dipastikan bahwa kita melihatnya adalah apa yang kita alami sendiri bukan yang dialami orang lain.

Berdasar pada kedua ayat tersebut dengan menggunakan pendekatan logika matematika, maka saya dapat menyatakan bahwa semua orang yang pernah mengerjakan kebaikan maka orang tersebut akan melihat balasannya yaitu amal kebaikan dan akan melihat (mengalami) surga, sebaliknya semua orang yang pernah mengerjakan kejahatan (hal buruk) maka orang tersebut akan melihat balasannya yaitu amal buruk dan akan melihat (mengalami) neraka. Lalu apa gunanya hizab dihari kemudian ? Hizab dihari kemudian hanya untuk menentukan kadar kebaikan dan kadar keburukan sesorang yang dalam hitungan matematis hanya untuk menentukan perbandingan keduanya. Perbandingan kadar keduanya yang akan menentukan periode (lama waktu) sesorang untuk menempati surga dan neraka. Kesmimpulannya adalah siapapun (universal/tanpa pengecualian) yang pernah berbuat kebaikan akan merasakan surga dan siapapun (universal/tanpa pengecualian) yang pernah berbuat kebaikan akan merasakan neraka.

Jika ada yang bertanya bagaimana dengan sosok Firaun apakah ia akan merasakan surga ? Sebelumya kita harus pertanyakan apakah Firaun pernah berbuat kebaikan ? Jika kita yakin bahwa jawabannya adalah pernah, maka jawaban sederhananya adalah jika Firaun pernah berbuat kebaikan sekecil apapun maka ia akan merasakan surga. 

Jika ada yang bertanya bagaimana dengan sosok Nabi apakah ia akan merasakan neraka ? Sebelumnya kita harus pertanyakan apakah Nabi pernah berbuat keburukan ? Jika kita yakin bahwa jawabannya adalah pernah, maka jawaban sederhananya adalah jika Nabi pernah berbuat keburukan sekecil apapun maka ia akan merasakan neraka. 

Contoh :
Si A memiliki hitungan waktu secara matematis dengan umur setelah meninggal adalah 45 tahun 4 bulan 6 hari 8 jam 2 menit 12 detik.
Setelah meninggal dan dihizab :
Si A semasa hidupnya memiliki hitungan secara matematis waktu 25 tahun 2 bulan 3 hari 4 jam 1 menit 6 detik melakukan kebaikan.
Si A semasa hidupnya memiliki hitungan secara matematis waktu 20 tahun 2 bulan 3 hari 4 jam 1 menit 6 detik melakukan keburukan.

Setalah meninggal maka : 
Selama 25 tahun 2 bulan 3 hari 4 jam 1 menit 6 detik ia merasakan surga dan selama 20 tahun 2 bulan 3 hari 4 jam 1 menit 6 detik ia merasakan neraka. 

Hal yang tidak bisa saya pastikan adalah yang mana tempat pertama yang di tempati oleh Si A apakah surga dan neraka tetapi kemungkinan siklus yang dialami Si Adengan pertimbangan bahwa akhirat itu kekal adalah sebagai berikut :






 Demikian penjelasan sederhana dari saya. Wallahu a'lam bissawaf. 
Kutahu Tuhan Itu Komitmen,
Kutahu Tuhan Itu Konsisten,

Akhir kata :
[Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.]
[The truth is from your Lord, therefore you should not be of the doubters.]
(QS : 2 : 147).





Kemauan & Keyakinan



Begitu indah ciptaan Tuhan hingga manusi terlena dengan apa yang disuguhkan kepadanya di dunia ini. Hembusan angin membuat tubuhhku ingin segera terlentang di balai-balai bambu selepas menjalankan ibadah shalat Duhur dan dalam sekejap mataku terpejam seperti dibuai oleh alam. Aku merasa berada jauh dari tempat asalku seakan menjadi orang asing dikerumunan hiruk pikuk orang yang hendak menyaksikan sesuatu. Aku berjalan menyisir tempat yang tidak kukenal lalu berhenti sejenak memandang sebuah tiang yang berdiri kokoh. Kuarahkan pandanganku ke segala sisi tempat itu, aku termangu menyaksikan sebuah tiang yang tepat berada diujung jalan.
Dengan tergesa-gesa aku melangkahkan kaki ke arah tiang tiang itu. Astaga !!!! siapakah gerangan dirinya yang digantung pada tiang itu ?  Aku berusaha mencari sesorang yang hendak aku tanya tentang apa yang baru saja kusaksikan. Seperti biasa aku mengarahkan pandangan ke segala sisi tempat aku berdiri. Aku dikagetkan dengan tepukan tangan di pundak kiriku. “Engkau mencari siapa ?” Sosok itu bertanya kepadaku. “Aku mencari seseorang yang tinggal di daerah ini” Jawabku terbata-bata. “Tempat ini jauh dari pemukiman, tempat ini adalah tempat bagi orang-orang yang dihukum atas perbuatannya” Ia menjawab seakan ia mengenal dengan persis daerah ini. “Maaf, Anda siapa ?” Tanyaku sambil menatap ke arahnya. “Aku adalah kemauan yang selalu bersamamu sepanjang hidupmu” Jawabnya sambil tersenyum. “Siapa orang yang digantung pada tiang itu dan kenapa ia harus digantung ? Tanyaku sambil menunjuk ke arah tiang dimana sesorang yang sudah tak bernyawa tergantung. “Ia adalah pendosa besar sehingga ia harus dihukum untuk menebus segala dosanya” Jawabnya seakan ia  mengenal siapa orang yang tergantung pada tiang itu.
“Balasan yang diberikan kepadanya di duania ini tidak seberapa meskipun merenggut nyawanya dibandingka balasan yang hasus ia tanggung kelak” Tiba-tiba seseorang menyambung pembicaraan kami. “Maaf, Anda siapa ?” Tanyaku kepada sosok yang baru saja muncul. “Aku adalah keyakinan yang selalu bersamamu sepanjang hidupmu” Jawabnya sambil berjalan mendekat ke arahku, ia berhenti tepat di sisi kananku. “Apa yang engkau tau tentang orang yang tergantung pada tiang itu ?” Tanyaku pada sosok yang mengaku dirinya adalah keyakinanku. “Ia adalah pendosa besar dan hukuman yang diberikan kepadanya tidak akan menghapus dosanya hingga ia terbebas dari hukuman di hari kemudian” Ia menjawab sambil menatap ke arah tiang itu. “Jadi bagimu, tidak ada pengampunan apalagi penghapusan dosa atas apa yang diperbuat oleh manusia ?” Aku bertanya atas keraguan terhadap apa yang ia sampaikan. “Bukankah Tuhanmu Maha Pengampun dan Maha Pemberi serta Penerima Taubat ?” Sosok yang mengaku dirinya adalah kemauanku kembali bertanya kepadaku. “Benar, demikianlah adanya Tuhanku terhadap ciptaan-Nya” Jawabku dengan singkat. “Andaikan engkau pernah berbuat dosa maka mohon ampunlah kepada Tuhanmu dan bertaubatlah niscaya Tuhanmu akan mengampuni dan menghapus dosamu” Penjelasannya memberiku sedikit ketenangan ketika kuingat perbuatan dosa yang pernah kulakukan.
“Maka celakalah ahli ibadah dan berbahagialah ahli dosa jika itu terjadi” Sosok yang mengaku dirinya adalah keyakinan kembali memburamkan pikiranku. “Mengapa engkau berkata demikian, bukankankah Tuhan Maha Pengampun ?” Tanyaku dengan penuh keheranan atas apa yang ia sampaikan. “Tuhanmu Maha Pengampun atas cipataan-Nya termasuk dirimu. Satu hal yang perlu engkau ingat bahwa ampunan ketika engkau bertaubat tidak dapat menghapus dosamu yang sebelumnya”. Jawabannya semakin membuatku bingung. “Jika demikian maka taubat itu tidak berguna bagi siapapun yang pernah berdosa, bukankah orang bertaubat agar dosa-dosanya diampuni ?” Tanyaku ingin tahu lebih dalam tentang apa yang sebenarnya menjadi hakikat dari taubat. “Pernahkah engkau melihat seorang hamba yang terbukti bersalah dan mengakui kesalahannya di hadapan seorang Raja kemudia ia diampuni dan dibebaskan dari hukuman ? Begitulah perumpamaan taubat kepada Tuhanmu” Sosok yang mengaku dirinya adalah kemauanku memotong pembicaraan. “Memang banyak orang yang menginginkan dan berpendapat demikian, tetapi harus engkau ingat orang yang bebas dari hukuman karena mengakui kesalahannya tidak berarti bahwa dosa kesalahnnya terhapus. Dosa mereka tetap tercatat dan ampunan ia peroleh hanyalah merupakan kesempatan baginya untuk tidak melakukan kesalahannya lagi. Jika ia melakukan kesalahan yang sama maka hukuman yang ia dapatkan akan jauh lebih berat dibanding hukuman yang seharusnya ia terima ketika ia melakukan kesalahan untuk yang pertama kalinya”. Sosok yang mengaku dirinya adalah keyakinanku kembali membuka perdebatan.
Penjelasan yang disampaikan oleh dua sosok yang bersamaku seperti posisi langit dan bumi yang berbeda jauh. “Sampaikan kepadaku hakikat taubat yang sesungguhnya dihadapan Tuhanku !” Aku meminta untuk mengakhiri kebingungan yang berkecamuk dalam diriku. “Yakinlah bahwa Tuhanmu Maha Pemurah, Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat !” Sosok yang mengaku dirinya adalah kemauanku berkata sambil berjalan menjauh meninggalkanku. “Akan kutanamkan dalam ingatan dan hatiku tentang apa yang engkau sampiakan” Jawabku sebelum ia hilang dari pelupuk mataku. “Tidaklah keliru apa yang disampiakan olehnya kecuali engkau keliru menafsirkan dengan akal lalu engkau jadikan sebagai keyakinanmu” Sosok yang mengaku dirinya adalah keyakinanku dengan bijak menanggapi.
“Taubat pada hakikatnya adalah pemberian kesempatan kepada manusia yang pernah melakukan perbuatan dosa untuk mengakui perbuatannya dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi dikemudian hari”. Sosok yang mengaku dirinya adalah keyakinanku membuka pembicaraan lebih dalam tentang taubat. “Lalu bagaimana dengan dosa atas perbuatan sebelumnya ?” Tanyaku hendak mencari jawaban atas keraguanku terhadap pengahpusan dosa. “Tidak ada penghapusan dosa dalam agamamu dan Tuhanmu mengetahui segala perbuatan baik dan buruk yang engkau lakukan di dunia ini” Jawabnya singkat seakan tanpa keraguan. “Taubat dilakukan oleh manusia untuk meminta kesempatan kepada Tuhan agar masih ada waktu yang diberikan kepada mereka dalam berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan yang pernah mereka lakukan sebelumnya. Tuhan Maha Pengampun, maka siapapun yang memohon ampun dengan mengakui kesalahannya maka ia diampuni dan kesalahannya tetap tertuliskan sebagaimana yang ia lakukan. Tuhan Maha Penerima Taubat, maka siapapun yang bertaubat (meminta kesempatan) maka ia akan diberi kesempatan. Demikianlah hakikat ampunan dan penerimaan taubat yang sebeanrnya”. Ia memberikan penjelasan yang lebih dalam dan menjawab segala keraguanku. Sekali lagi dalam perjalananku yang penuh perdebatan, keyakinanku mengalahkan kemauanku. “Barang siapa yang berbuat baik meskipun sebesar biji zarrah maka Tuhan akan membalasnya dengan kebaikan dan mustahil bagi Tuhan membalasnya dengan keburukan. Barang siapa yang berbuat keburukan meskipun sebesar biji zarrah maka Tuhan akan membalasnya dengan keburukan dan mustahil bagi Tuhan membalasnya dengan kebaikan. Yakinlah bahwa Tuhan adalah Dzat yang konsisten dan komitmen atas firman-Nya. Sesungguhnya kebenaran itu datang dari Tuhanmu maka janganlah sekali-sekali menjadi orang yang ragu” Kalimat itu mendengungkan gendang telinga dan menggetarkan batinku sebelum sosok yang mengaku dirinya adalah keyakinanku hilang dihadapanku seperti debu yang tertiup angin.
Belum sempat ku kedipkan mata kala tengadah dibawah langit mendung dengan hembusan angin yang menerpa tubuhku dengan perlahan, satu-persatu tetesan air jatuh menyentuh wajahku pertanda akan segera turun hujan. Aku terbangun karena tetesan air yang jatuh dari dedaunan pohon yang tumbuh tepat di samping balai-balai tempatku merebahkan badan. Sayup-sayup terdengar suara adzan dari surau menandakan waktunya mendirikan shalat Ashar. Aku bergegas meninggalkan balai yang menjadi saksi perdebatan kemauan dan keyakinanku dalam perjalananku di alam lain. Sekali lagi keyakinanku tetap kokoh berdiri meski badai kemauan mengamuk dalam diriku.

~~~ ooo0ooo ~~~
taubat tidak menghapus dosa

Manikmati Masalah

Masalah merupakan sebuah siklus. Siklus yang tentunya hanya berubah dari sudut pandang asas kebermanfaatan dari kondisi yang dialami oleh ma...