Tuhan; Skenario Dibalik Dosa
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling Sempurna dengan akalnya
namun paling lemah dengan adanya akal tersebut. Kesempurnaan manusia terletak
pada kemampuan berfikir menggunakan akalnya menjadi kelemahan besar bagi
manusia. Akal manusia mampu menangkap segala sesuatu yang terjadi di luar
dirinya namun tidak mampu menangkap segala-sesuatu yang ada dalam dirinya.
Manusia mampu melakukan sesuatu dengan menggunakan akalnya, kemampuan
inilah yang menjadi ukuran dangkal atau tidaknya pikiran seorang manusia. Akal
yang menjadi sumber berfikir bagi manusia hanya mampu membedakan sesuatu yang
benar dan salah untuk ditransfer pada penilaian hati untuk menentukan baik dan
buruknya. Secara logika terdapat perbedaan jelas antara konsep benar dan salah
menurut akal dan baik dan buruk menurut hati. Benar menurut akal belum tentu
baik menurut hati karena bisa saja benar menurut akal tetapi buruk menurut
hati, sebaliknya salah menurut akal belum tentu buruk menurut hati karena bisa
saja salah menurut akal tetapi baik menurut hati. Baik menurut hati sudah dapat
dipastikan benar menurut akal, sebaliknya buruk menurut hati sudah dapat
dipastikan salah menurut akal.
Perdebatan pada wilayah benar dan salah ataupun baik dan buruk berakhir
pada penentuan apakah hal tersebut dosa atau amal. Tanpa menafikkan akal
sebagai penentu benar dan salah, kita hanya bisa menentukan dosa atau amal
berdasarkan penilaian hati apakah hal tersebut baik atau buruk. Baik memperoleh
konsekwensi sebagai amal, sebaliknya buruk memperoleh konsekwensi sebagai dosa.
Perbuatan dosa atau amal yang dilakukan oleh manusia dilakukan atas
kerjasama lahir dan batin, jiwa dan raga, jazad dan roh yang menyatu pada diri
manusia. Tidak satupun manusia di duania ini yang menginginkan untuk melakukan
perbuatan dosa. Kebutuhan jasmani dan rohani manusia yang penyebab utama
manusia melakukan pebuatan dosa.
Pertanyaan besar bagi kita adalah “apakah
perbuatan dosa itu sepenuhnya atas kehendak dan kemampuan manusia atau terdapat
faktor lain yang menjadi penunjang terjadinya perbuatan dosa” ? Jawaban
sederhana yang dapat diajukan adalah “perbuatan
dosa itu sepenuhnya atas kehendak dan kemampuan manusia”. Kembali kepada
konsep manusia sebagai makhluk ciptaan yang tidak memiliki segalanya dan tidak
berkehendak atas segalanya, jawaban tersebut masih perlu dikaji.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar